Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia; sebagai
nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau
martabat kemanusiaan (human dignity)
selalu berusaha memeluk suatu kebenaran. Manusia selalu mencari kebenaran, jika
manusia mengerti dan memahami kebenaran, sifat asasinya terdorong pula untuk
melaksanakan kebenaran itu.
Berdasarkan lingkup potensi
subjek, maka susunan tingkatan kebenaran itu adalah sebagai berikut.
1. Tingkatan
kebenaran indera adalah tingakatan yang paling sederhanan dan pertama yang
dialami manusia.
2. Tingkatan ilmiah,
pengalaman-pengalaman yang didasarkan disamping melalui indara, diolah pula
dengan rasio.
3. Tingkat filosofis,
rasio dan pikir murni, renungan yang mendalam mengolah kebenaran itu semakin
tinggi nilainya.
4. Tingkatan religius,
kebenaran mutlak yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa dan dihayati oleh
kepribadian dengan integritas dengan iman dan kepercayaan.
Tentang kebenaran
ini, Plato pernah mengatakan “Apakah kebenaran itu?”. Kemudian pada waktu yang
tidak bersamaan, Bradley menjawab; “Kebenaran itu adalah kenyataan”, tetapi
bukankah kenyataan itu tidak selalu yang seharusnya terjadi. Kenyataan yang
terjadi bisa saja berbentuk ketidakbenaran (keburukan). Jadi ada 2 pengertian
kebenaran, yaitu kebenaran yang berarti nyata-nyata terjadi di satu pihak dan
kebenaran dalam arti lawan dari keburukan (ketidakbenaran) (Syafi’i, 1995). Dalam
teori keilmuan (ilmiah) kebenaran tidak bersifat mutlak ataupun langgeng, melainkan
bersifat nisbi (relatif), sementara (tentatif) dan hanya merupakan pendekatan
(Wilardo, 1985:238-239).
Teori kebenaran
menurut filsafat antara lain adalah sebagai berikut.
1. Teori Corespondence
menerangkan bahwa kebenaran atau sesuatu kedaan benar itu terbukti benar bila
ada kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan
objek yang dituju/ dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
2. Teori Consistency
suatu usah pengujian (test) atas arti
kebenaran. Hasil tes dan eksperimen dianggap reliabel jika kesan-kesan yang
berturut-turut dari satu penyelidik bersifat konsisten dengan hasil tes
eksperimen yang dilakukan penyelidik lain dalam waktu dan tempat yang lain.
3. Teori Pragmatisme menguji kebenaran dalam praktek yang
dikenal para pendidik sebagai metode project
atau metode problem solving dalam
pengajaran. Mereka akan benar-benar hanya jika mereka mampu memecahkan problem
yang ada. Artinya sesuatu itu benar, jika mengembalikan pribadi manusia di
dalam keseimbangan dalam keadaan tanpa persoalan dan kesulitan. Sebab tujuan
utama pragmatisme ialah supaya manusia selalu ada di dalam keseimbangan, untuk
ini manusia harus mampu melakukan penyesuaian dengan tuntutan-tuntutan
lingkungan.
4. Kebenaran Religius kebenaran tak cukup hanya diukur dengan
rasional dan kemauan individu. Kebenaran bersifat objektif, universal, berlaku
bagi seluruh umat manusia, karena kebenaran ini secara antalogis dan oksiologis
bersumber dari Tuhan yang disampaikan melalui wahyu.
Sumber:
NN.
____. Teori Kebenaran, (online), diakses dari http://filsafatpengetahuan.webs.com
pada Minggu, 23 September 2012.